LAPORAN DARI SYDNEY: Orang Minang Egaliter, Dinamis Memilih Pemimpin

BANKSTOWN, SYDNEY — Orang minang itu egaliter dan sangat dinamis dalam memilih pemimpin. Pertimbangan dalam memilih pemimpin mesti memenuhi takah, tokoh, tageh. Juga terkonfirmasi terpenuhi unsur tokeh.

Takah itu adalah manakah, secara sederhana dapat diartikan patut, pantas dan mendekati ideal; diakui ketokohannya secara luas, juga tageh yang berarti kuat dan kokoh. Sedangkan tokeh, punya harta lebih dari yang lain.

“Sehingga pasca Pilpres, ada tudingan menyebut orang minang itu radikal. Hal itu keliru dan terlalu pejoratif karena pemilihan dalam konteks kontestasi nasional, unsur pertimbangan masih sama bagi orang minang. Dinamis dan egaliter,” ungkap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK), UIN Imam Bonjol Padang, ketika mengisi Program Kajian Kenagarian Surau Sidney Australia, Jumat (20/9).

Dua hasil riset yang dilakukannya secara bersama, di bawah judul Orang Minang Memilih Presiden; Perspektif Sejarah, Komunikasi, Budaya, dinyatakan orang minang dalam memilih presiden pasca reformasi bukanlah hal yang sakral. Melainkan sesuatu yang profan sebagai peristiwa politik nasional. Sekalipun kalah secara nasional, bagi orang minang di Sumatera Barat, hal yang biasa.
“Sebab setelah pemilihan, siapapun yang terpilih akan diakui, dihormati dan diikuti sebagaimana halnya fairness dalam kontestasi,” ujar doktor Islamic Studies UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat ini.

Pemimpin bagi orang minang bukanlah sesuatu yang jauh di depan atau ditinggikan setingginya. Pemimpin “didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting.” Begitulah pemahaman orang minang yang egaliter dalam budaya hidupnya.

“Pertimbangan dalam setiap kontestasi, selain mengutamakan faktor adat yang setali dengan agama juga partai yang setali dengan integritas dan sejarah tokoh-tokoh nasional dari Ranahminang,” papar Khusairi.

Menariknya hasil dua riset yang dipaparkan, orang minang memindahkan tradisi lapau tradisional ke lapau digital. “Terjadi konvergensi lapau, yang membuat ota lapau sangat keras perdebatannya soal dukung mendukung di tengah masyarakat kita. Kadang-kadang pergesekan terjadi, namun kembali lagi, orang minang memang suka berdebat dan berdikusi di lapau,” ujar Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FDIK ini.

Di hadapan diaspora Minang yang di bawah Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS) dengan elemen orgasisasi otonom (ortom) di bawahnya, Kajian Kenagarian berlangsung hangat dalam bingkai silaturrahmi.

Puluhan diaspora hadir lintas generasi, antusias berkumpul bila akhir minggu tiba. Apalagi kedatangan 10 mahasiswa terpilih yang tergabung dalam Student of Imam Bonjol Academic Community – Smart Internship Program (SIBac-sip) 2024.

Ketua Surau Sidney Australia (SSA), Nofri Latif dalam sambutannya sangat senang dengan program dari UIN Imam Bonjol Padang, yang dua bulan sebelumnya sudah dikabarkan melalui kedatangan Rektor bersama jajarannya.

“Jamaah SSA membutuhkan kajian kampung halaman. Apalagi generasi kedua dan ketiga. Mereka harus diperkenalkan. Kegiatan seni budaya seperti randai yang dibawa, juga menjadi imam di surau, ini membantu sekali. Kita mesti teruskan,” tutur Nofri didampingi Ketua IKMS, Yusuf Rizal.

Pada akhir acara, dua buku riset diserahkan kepada Nofri untuk melengkapi perpustakaan SSA, yang menurutnya mesti diterjemahkan menurut ke dalam bahasa Inggris untuk dibaca generasi muda yang tergabung dalam Youth Minang. | Muhammad Aufa Ibnu Faizal

sibac_sip2024 #uinibpadang #literasi #narasi #aksi #ausie

About Author