UIN IB, BERKOLABORASI DAN BEREPUTASI

Oleh: Duski Samad
Ketua Senat Universitas UIN Imam Bonjol

Kata kolaborasi dan reputasi menjadi titik tekan dari sambutan Rektor UIN Imam Bonjol pada saat Rapat Kerja UIN Imam Bonjol di hotel Balcone Bukittinggi, Kamis, 11 Mei 2023 lalu. Mailstone UIN ImamBonjol yang sudah hampir menyelesaikan lima tahun kedua setelah sebelumnya masa konsolidasi dan penyediaan sarana prasarana, selanjutnya UIN Imam Bonjol menuju kampus yang bereputasi.

Universitas Islam Negeri (UIN) yang lahir dari proses sejarah kemajuan lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKAIN) dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2017.

Konversi IAIN Imam Bonjol menjadi UIN adalah juga tuntutan sejarah dan kebutuhan masyarakat dan bangsa. Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang sebagai penyelenggara pendidikan tinggi agama Islam memiliki posisi penting dan strategis di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Apalagi untuk daerah Sumatera Barat dengan budaya Minangkabau yang terkenal dengan semboyan “Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah. Syara’ Mangato dan Adat Mamakai”. Artinya, adat Minangkabau didasarkan kepada ajaran Islam dan nilai-nilai agama Islam diterima dan dilaksanakan oleh adat.

Terasa lebih penting lagi peran dan keberadaan UIN Imam Bonjol ketika Pemerintah menetapkan pula Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumatera Barat yang dicantumkan di dalam undang-undang tersebut karakateristik masyarakat Sumatera Barat dengan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dan Adat Salingka Nagari”. Langsung atau tidak UIN Imam Bonjol mesti menjadikan landasan yuridis itu dasar, semangat dan kekuatan pergerakkan penegakkan Islam dan budaya lokal (adat istiadat) Minangkabau yang orisinilnya berdasarkan pada syarak dalam makna ajaran Islam.

MENGELORAKAN KOLABORASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengertian kolaborasi adalah bentuk kerja sama. Jadi, pengertian kolaborasi adalah kerja sama untuk membuat sesuatu. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, serta kejujuran. Banyak manfaat yang akan didapatkan apabila melakukan kolaborasi.

Kerjasama untuk membuat sesuatu bagi pencapaian reputasi UIN Imam Bonjol adalah keharusan yang tak bisa diabaikan. Untuk membangun kerjasama yang kuat diperlukan kesadaran dan kemauan untuk mentajdid, (memperbaharui) niat, mengerakkan pikiran dan mengelorakan semua potensi pada tujuan yang sama yakni UIN sebagai lahan untuk berbuat menegakkan Islam rahmatan lil alamin yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan pendekatan berbasis kultur Minangkabau seperti yang sudah dibakukan dalam tagline UIN Imam Bonjol Padang yaitu revelation, knowledge and culture.

Kolaborasi dapat efektif dengan terus menerus mengelorakan kesamaan persepsi semua komponen yang hadir dilembaga warisan umat dan bangsa ini.
Bahwa kampus UIN Imam Bonjol dalam sejarah awal berdirinya memiliki tugas besar menserasikan antara kampus sebagai lembaga ilmiah dengan tugas keilmiahan yang objektif dan sekaligus melekat padanya sebagai lembaga keagamaan. Persepsi semua warga UIN harus tetap bergerak dalam dua garis paralel, memacu kewibawaan ilmiah dan tetap menghadir pergerakkan keislaman yang adaptif dengan perkembangan global.

Kolaborasi meniscayakan kemauan kuat untuk berproses. Pimpinan dan segenap civitas akademika UIN Imam Bonjol diminta untuk memiliki kehendak yang kuat untuk berproses menuju titik tujuan yang dicita-citakan bersama. Kemauan berproses artinya kesediaan untuk bergerak cepat meraih peluang, meninggalkan tradisi, mitos dan gaya berfikir lamban, lebih penting lagi tidak boleh tersandera dengan “pengalaman buruk” masa lalu. Sikap, prilaku dan gaya kepemimpinan kolektif kolegial adalah strategi yang tepat untuk mencapainya.

Bahagian penting dari kolaborasi adalah juga saling memberikan manfaat. Semua elemen di kampus UIN Imam Bonjol tentu mesti dengan kesadaran mendalam meyakini bahwa kemajuan dan kebaikan bersama dapat dicapai bila antar individu, kelompok, unit kerja berbuat dengan frame saling memberi manfaat. Etos kerja kolektif adalah prasyarat untuk mencapai hasil yang maksimal.

Perekat kuat kolobarasi lainya adalah kejujuran. Kejujuran dalam menjalankan amanah, menunaikan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab secara biroksasi sudah dipandu dan diberi ikatan, batasan dan ketentuannya. Perlu diingatkan bahwa seketat apapun aturan, ketentuan dan regulasi bila kejujuran pelaksana sudah rusak, semua aturan dan regulasi dapat saja tidak berarti. Kejujuran adalah modal dasar, dan fundamental dalam berkalaborasi.

MOJO UNTUK BEREPUTASI
Kata reputasi yang beberapa kali diulang Rektor UIN Imam Bonjol dalam sambutan pembukaan Raker itu mengingatkan penulis pada Buku yang ditulis oleh Goldsmith, M. (2016). MOJO How to Get It, How to Keep It, How To Get It Back if You Lost It. PLP Book : Jakarta. Konsep MOJO adalah momen dimana orang atau institusi melakukan sesuatu yang penuh arti, kuat serta positif yang muncul dari dalam diri pemimpin dan segenap unsur yang terkait dengan institusi tersebut.

Bagi Goldsmith, untuk dapat menciptakan MOJO yang hebat sehingga dapat melahirkan reputasi yang tinggi. Setidaknya ada empat hal utama yang perlu dikombinasikan. Pertama adalah identitas. Identitas dalam konteks ini setiap orang mengenali siapa dirinya dan institusi dimana ia mengabdikan diri. Pemahaman mengenai identitas diri dan institusi sebagai wadah pengabdian diri, jati diri, martabat diri, bahkan sumber kehidupan, ini dapat membebaskan diri dari tegangan antara masa lalu dan masa datang. Untuk dapat mencapai MOJO, diperlukan gambaran identitas yang diciptakan sesuai dengan harapan yang ditetapkan bersama. Identitas apa yang ingin dibangun di masa datang?

Kedua adalah pencapaian. Apa dan sejauh apa pencapaian yang telah dapatkan sejauh ini. Pencapaian yang dimaksud oleh Goldsmith harus benar-benar disaring. Seringkali orang terjebak dengan makna prestasi atau pencapaian versi orang lain. Goldsmith mengajak untuk melihat pencapaian bukan dari mata orang lain, melainkan dari mata diri sendiri. Dengan demikian, kita lebih jujur dan dapat menentukan apa yang benar-benar dibutuhkan institusi ini.

Hal ketiga yang perlu dikombinasikan adalah reputasi. Berbeda dengan identitas dan pencapaian dalam penjelasan sebelumnya, reputasi erat kaitannya dengan pandangan orang lain. Goldsmith beranggapan bahwa meskipun orang tidak dapat memegang penuh kontrol terhadap reputasinya, ada banyak hal yang dapat dijaga serta perbaiki, dimana hal tersebut dapat memiliki dampak besar terhadap MOJO yang ingin diwujdukan, (Goldsmith, 2016).

Hal Keempat yang perlu dikombinasikan dengan tepat dalam mencapai momen MOJO adalah penerimaan. Penerimaan berhubungan dengan kesediaan untuk menerima apa yang bisa dan tidak bisa diubah. Memaksakan diri untuk mengubah apa yang tidak bisa diubah justru menjauhkan dari kebahagiaan. Melalui penerimaan orang diajak untuk bersifat realistis dalam menghadapi berbagai hal yang ada dalam kehidupan. Pengelolaan yang tepat terhadap empat hal utama di atas adalah kunci untuk mendapatkan MOJO di setiap apa yang lakukan.

Tulisan di atas beberapa kali sudah pernah penulis dishare, kunci utamanya bahwa kebahagiaan dan kebermaknaan yang diistilahkan dengan MOJO salah unsur utamanya reputasi. Dapat juga ditegaskan bahwa ada kesatuan utuh antara identitas, prestasi, reputasi dan penerimaan adalah prasyarat untuk menuju hadirnya pencapaian yang diharapkan.

REWARD AND PUNISHMENT
Tujuan besar dan mulia yang ingin diwujudkan bersama tidak jarang ada pihak yang tidak serius, bahkan ada yang membelokkan arah perjuangan tersebut.

Untuk menjamin tercapainya arah dan gerak yang sama tidak cukup himbauan untuk sadar dan menyadarkan belaka. Penegakkan aturan, regulasi dan kebijakan adalah keharusan yang tak bisa tidak adanya. Memastikan kerja dan kinerja semua pihak yang berwenang menjalankan kapal UIN Imam Bonjol dengan berpedoman pada arah, tujuan dan capaian yang sama adalah wajib hukumnya.

Menegakkan aturan, regulasi dan kebijakan yang sudah ditetapkan sulit bisa maksimal bila penghargaan (reward) terhadap mereka yang berhasil tidak kunjung diberikan. Begitu juga penerapan sanksi, hukuman (punishment) terhadap mereka yang keluar aturan, “memainkan aturan”, atau “bermain-main” dalam menjalankan aturan, tidak dilakukan dengan jelas, tegas dan terukur.

Pesan pentingnya orang-orang terpelajar, bahkan mereka yang maha terpelajar sekalipun adalah manusia biasa yang bisa saja salah, abai dan tak taat azaz, maka adanya eksekusi berupa penghargaan dan sanksi adalah cara tepat untuk membuat tujuan bersama dapat dicapai lebih cepat dan membuat pihak mana saja dapat menikmatinya.

Kitab suci al-Quran juga dengan jelas memuat penghargaan dan saksi terhadap perbuatan, kinerja dan amal yang dilakukan hamba-Nya. Adanya janji Allah bagi yang beramal saleh dengan masuk sorga, (wa’ad) dan ada pula ancaman Allah swt bagi inkar (kafir), yang hipokrit (munafiq), yang berprilaku di luar aturan (dzalim) dengan masuk neraka (wa’id) adalah metode ilahi untuk menghadirkan kehidupan yang bahagia (hasanah) dunia dan akhirat.

Sebagai penutup ingin ditegaskan bahwa kehendak kuat pimpinan UIN Imam Bonjol Padang yang terbaca pada 10 (sepuluh) point titik strategis yang akan dicapai UIN di masa datang dapat berhasil dengan terus menerus mengelorakan semangat kolaborasi dan reputasi. Civitas dan semua warga kampus mari memaksimalkan semua potensi bagi pencapaian UIN Imam Bonjol menjadi pusat pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner yang unggul dan kompetitif. Selama mencapai MOJO, bahagia dalam kebermaknaan

About Author