
Oleh: Duski Samad
Ketua Senat UIN Imam Bonjol
Topik di atas diangkat dari pidato Rektor UIN Imam Bonjol dan Dirjen Pendis Kementerian Agama RI ketika wisuda ke 93 UIN Imam Bonjol, Sabtu, 26 April 2025 di kampus III Balaigadang Koto Tangah Padang
Rektor pada wisuda ke 93 UIN Imam Bonjol Padang, menegaskan bahwa wisudawan dan wisudawati yang diwisuda 2 hari ini berjumlah 1.177 orang adalah mereka yang pada ijazahnya tertulis akreditasi UIN Imam Bonjol Unggul yang tentu menjadi kebanggan kita semua.
Keunggulan kampus ini tentu menjadi peluang dan tantangan bagi alumni untuk menjadikan Islam sebagai gerakan transformasi sosial bagi pencapain terbaiknya.
Islam sebagai gerakan transformasi sosial maknanya menjadikan
Islam bukan sekadar agama ritual, tetapi sebuah sistem nilai yang transformatif. Ajaran-ajarannya mengandung energi perubahan bagi individu maupun masyarakat.
Nilai-nilai Islam transformatif menuntun umatnya untuk tidak pasrah pada ketimpangan, ketidakadilan, dan keterbelakangan, tetapi aktif menjadi agen perubahan.
Tauhid sebagai inti ajaran Islam menanamkan kesadaran akan keesaan Tuhan, yang membebas kan manusia dari penyembahan terhadap kuasa tirani, harta, atau status sosial.
Rektor memberikan penekanan tentang perhatian pada kesungguhan Islam transformatif, Kementerian Agama sebagaimana disampaikan Menteri Agama pada peringatan Hari Bumi 22 April 2025.
Hari Bumi yang menjadi momentum refleksi global untuk merawat lingkungan. Dalam Islam, kepedulian terhadap bumi bukan sekadar isu ekologis, melainkan perintah spiritual yang bersumber dari tauhid. Allah SWT berfirman:“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmur nya…”(QS. Hud: 61).
Ayat ini menegaskan posisi manusia sebagai khalifah, pemegang amanah untuk menjaga keseimbangan alam. Bumi bukan milik manusia, melainkan titipan yang harus dipelihara dengan adil dan bijaksana.
Nabi Muhammad SAW menunjukkan teladan hidup ekologis: tidak berlebihan dalam menggunakan air, menyayangi binatang, dan melarang penebangan pohon sembarangan, bahkan saat perang. Islam mengenalkan konsep mizan (keseimbangan) dan fasad (kerusakan) sebagai parameter etis dalam hubungan manusia dengan alam.
Kerusakan lingkungan hari ini—krisis iklim, pencemaran, deforestasi—adalah buah dari kerakusan, konsumerisme, dan sikap tidak amanah terhadap bumi.
Memperingati Hari Bumi dalam perspektif Islam adalah bentuk taubat ekologis: kembali kepada nilai-nilai tauhid, keadilan, dan rahmah. Menjaga bumi adalah ibadah. Merawat air, udara, dan tanah adalah bagian dari mencintai ciptaan-Nya. Karena itu, Islam mendorong umatnya menjadi pelopor dalam gerakan penyelamatan lingkungan, bukan sekadar pengikut tren global. Itu antara lain makna Islam transformatif.
Keadilan (‘Adalah) menjadi prinsip utama dalam hubungan sosial, ekonomi, dan hukum, mendorong distribusi yang adil terhadap sumber daya. Islam juga menebar rahmah (kasih sayang) kepada seluruh makhluk, tanpa membedakan agama, suku, atau status. Dalam konteks ini, Islam mendorong kepedulian terhadap yang lemah, yatim, miskin, dan tertindas.
Manusia dipandang sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab menjaga alam dan menata kehidupan secara bijaksana. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar memanggil setiap muslim untuk berperan aktif dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kerusakan, tidak hanya secara personal tetapi juga struktural.
Transformasi diri melalui tazkiyah (penyucian jiwa) menjadi fondasi moral bagi perubahan sosial. Dengan jiwa yang bersih dan akhlak yang kuat, lahirlah kepemimpinan yang adil dan bijaksana.
Prinsip syura atau musyawarah menjadi dasar demokrasi partisipatif dalam Islam—menghargai pendapat dan keterlibatan semua pihak dalam membangun masyarakat yang maslahat.
Nilai-nilai Islam tidak hanya hadir untuk menyelamat kan jiwa, tapi juga membebaskan, memberdayakan, dan memanusiakan kehidupan.
KARAKTER ALUMNI
Dirjen Pendis Prof. Dr. Suyitno yang juga alumni UIN Imam Bonjol tamat 1999 dalam orasi ilmiahnya meminta alumni untuk memastikan agar modal sejarah Imam Bonjol sang pejuang dan pahlawan tertanam kuat dan penuntun arah perjuangan di masa datang.
Keunggulan UIN dan PTKIN tentang integrasi ilmu naqliyah (wahyu) dengan ilmu insaniyah (ilmu kemanusiaan) dan ilmu kauniyah (ilmu alam) adalah modal utama bagi alumni UIN untuk sukses menghadapi tantangan di era artificial intelektual (AI) yang melibas hampir semua profesi.
Penelitian menunjukkan hanya tiga jenis profesi yang sulit digantikan AI, yaitu energi, kesehatan dan ustad, murabbi, tepatnya guru.
Peluang alumni UIN masih terbuka lebar, maka anda wisudawan alumni segera membenahi tiga kualitas yang memungkinkan untuk sukses menghadapi VUCA.
Pertama perkuat terus modal akademik di atas rata-rata, tidak bisa menimalis, tetapi maksimal. Kedua menyiapkan diri dengan ketrampilan enterpreneur dan talenta khusus. Ketiga yang paling utama adalah karakter. Alumni UIN wajib bagi karakter yang baik.
Sebelum mengakhiri orasi ilmiah Dirjen Pendis ini menekankan pentingnya karakter bagi alumni UIN Imam Bonjol. DS.sidangsenatterbuka26 042025.